Spiga

BELAJAR LEBIH DALAM POLA HEAD AND SHOULDER

Pola Head and Shoulder dikenal luas sebagai Major Reversal Pattern yang artinya adalah pola pembalikan tren atau perubahan arah pasar. Namun sayangnya sedikit sekali orang yang benar – benar memahami ataupun mengerti arti kata Reversal Pattern sebenarnya. Memang terjemahan dalam bahasa Indonesianya berarti Pola pembalikan, tetapi arti ini tidak sepenuhnya benar ! Mungkin tepatnya Reversal Pattern diterjemahkan sebagai “Pola Perubahanbukan Pola Pembalikan. Mengapa saya berpendapat demikian ? Mari kita belajar sama – sama, tentunya dengan lebih mendalam !

Sebenarnya, saya ingin membuat menulis tentang analisa harga emas, tetapi saya melihat bahwa pembahasan mengenai topik ini akan panjang. Karena itu sebelum saya menulis mengenai tren jangka panjang emas ini, saya memulainya dengan menulis tentang Head & Shoulder ini. Mengapa ? Karena jika kita melihat pergerakan emas ini dalam timeline yang lebih besar grafiknya akan terlihat seperti pola Kepala dan Bahu. Baiklah, mari kita mulai pelajaran kita mengenai pattern H&S !



SYARAT – SYARAT TERBENTUKNYA POLA HEAD AND SHOULDER

Sistematika penulisan artikel ini adalah dari kesimpulan kepada penjelasan. Pertama – tama akan saya jelaskan secara singkat mengenai pola H&A ini kemudian saya baru menjelaskan lebih dalam poin per poinnya. Saya memutuskan untuk menggunakan metode ini karena keterbatasan waktu anda. Ada yang sibuknya bukan main, ada yang suka main-main, dan juga ada yang mencari kesibukan daripada mainan. Buat mereka yang waktunya terbatas bisa melihat sekilas kemudian mempelajarinya lebih lanjut. Sedangkan teman – teman yang punya lebih banyak waktu bisa mengerti poin – poin utamanya lebih dulu baru menelitinya satu persatu !

Baiklah, semua syarat di bawah ini harus dipenuhi baru bisa dikatakan sebagai Head & Shoulder Pattern :
  1. Tren Bullish yang sudah terbentuk. Semakin kuat trendnya semakin bagus !
  2. Volume yang besar di Puncak Bahu Kiri (titik A) diikuti dengan penurunan Volume di Dasar Bahu Kiri (titik B)
  3. Rally ke titik yang lebih tinggi dari puncak bahu kiri namun volumenya relatif kecil (Titik C)
  4. Koreksi atau penurunan tajam mendekati dasar bahu kiri (titik D)
  5. Rally lagi hingga mendekati puncak bahu kiri (titik E) namun tidak diikuti dengan kenaikan volume yang signifikan
  6. Closing di bawah garis neckline diikuti dengan volume yang relatif besar
  7. Biasanya ada rally kecil yang menyentuh kembali garis neckline kemudian say hello to the bear
HUBUNGAN TREN SAAT INI DENGAN TREN MENDATANG

Berbicara mengenai tren kita tidak akan terlepas dari kata “trendline.” Mari refresh pikiran kita sejenak dengan gambar di bawah ini.




Kapan suatu tren dikatakan sebagai tren yang sangat kuat ? Yaitu Ketika harga menyentuh garis tren kemudian berbalik paling tidak tiga kali ! Semakin sering, semakin kuat sebuah trendline tersebut ! Karena trendline sebenarnya adalah support atau resistance sendiri ! Kok bisa sebuah garis begitu besar pengaruhnya terhadap pergerakan pasar ? Karena pasar digerakkan oleh manusia yang mempunyai konsep yang sama ! Entah itu orang india, orang Indonesia, orang Bule, orang Jepang, ataupun orang Inggris diajari hal yang sama tentang trendline ini. Maka, sebuah garis bisa menjadi sebuah “agama internasional” !
Anggap saja kita menggambar sebuah trendline dari tiga titik dan empat titik. Berdasarkan konsep diatas, trendline yang lebih kuat, lebih terpercaya, dan lebih dapat diandalkan adalah trendline empat titik.

Nah, sekarang ada hubungan apa antara trend saat ini dengan pola kepala dan bahu ini ? Pola head and shoulder biasanya merupakan puncak dari pasar bull. Dan tanda pertama arah perubahan pasar adalah tembusnya trendline ini. Tolong diperhatikan bahwa saya menulis : "PERUBAHAN."
Ketika harga menembus Major trendline, artinya ada sesuatu dengan trend sekarang ini. Apa itu pak ? Saya tidak tahu, para pakar tidak tahu, dan hampir semua orang tidak tahu. Yang mereka tahu adalah "There's is something wrong with the market !" Kalimat ini tidak boleh diartikan sebagai pasar bull sudah berakhir dan berganti menjadi pasar bear ! Jika ini pengertian anda selama ini berarti anda sama seperti saya...he...he..he...sayangnya kita telah menempuh jalan yang salah !

Ada tiga jenis pasar, yaitu Bullish, Bearish, dan Sideways. Ketika sebuah akan pasar berubah, entah itu saham, forex, atau valas. Kemungkinannya selalu ada dua. Yang pertama berubah arah, sedangkan kemungkinan kedua adalah berhenti sebentar lalu melanjutkan trend sebelumnya. Ketika sebuah trendline, apalagi trendline yang sangat kuat, telah tertembus berarti pasar akan segera berubah ! Entah itu menjadi bearish ataupun menjadi sideways...hanya pasar saja yang tahu ! Tugas kita di sini adalah menyalakan lampu kuning pada semua posisi buy kita !

HUBUNGAN ANTARA VOLUME DENGAN POLA HEAD AND SHOULDER

Volume adalah jumlah transaksi yang terjadi pada saat itu. Hmmm.... bagaimana perhitungan volume jika ada 400 buy dan 300 sell ? 700 volume atau 100 volume (400-300) ? Yang benar adalah 700, tanpa memperhatikan transaksi apa yang telah terjadi di market.

Volume bukanlah "Aha !" atau hal yang pasti bahwa pasar telah berubah ! Volume adalah suatu konfirmasi, bahwa apa yang terjadi di pasar adalah benar alias bukan distorsi. Untuk itu kita perlu mengetahui aturan atau hukum Trading Volume ini. Aturan Pertama dan Utama , Volume selalu mengikuti arah pasar.
Jika harga naik, maka volume juga harus ikut naik. Lalu, jika harga naik lebih tinggi lagi, volumenya juga harus naik lagi. Sayangnya, pasar forex ataupun pasar saham tidak pernah berjalan satu arah. Market selalu zigzag, naik turun, turun naik, datar, naik lagi, turun lagi. Ketika trend sekarang bullish, maka volume akan naik. Saat pasar sedang terkoreksi atau turun, volume juga harus ikut menurun ! Jika harga naik lagi, otomatis jumlah volume harus lebih besar dari volume bear sebelumnya. Jika keadaan ini kita temukan dalam grafik, maka dapat dikonfirmasikan bahwa Trend Bullish masih berkuasa !












Kedua, pelanggaran terhadap aturan pertama berarti ada sesuatu yang salah dengan pergerakan pasar. Ketika pasar bullish namun volume transaksi tidak menunjukkan peningkatan berarti tren akan mengalami perubahan ! Entah itu terkoreksi, entah itu berbalik arah, atau sideways dulu kemudian melanjutkan trend lamanya. Ingat, tidak ada hal yang pasti di forex, saham, ataupun pasar komoditi. Tunggu konfirmasi baru trading ! Bukankah definisi investasi adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan resiko sekecil-kecilnya ! Trading tanpa memperhatikan resiko adalah spekulasi bukan investasi. Trading tanpa memperhatikan konfirmasi adalah bunuh diri ! Dan Kegilaan adalah melakukan suatu hal yang sama berulang - ulang dengan mengharapkan hasil yang berbeda !
Dalam pola kepala and bahu, ketika harga naik lebih tinggi hingga membentuk kepala volume perdagangan tidak naik. Ini adalah konfirmasi kedua terbentuknya Pola Head & Shoulder. Loh....sek...sek....konfirmasi pertamanya mana pak ? Kok langsung konfirmasi kedua ?






Ha...ha...ha...The breaking of Major Trendline itu konfirmasi pertama mas ! Konfirmasi kalo ada sesuatu yang salah dengan bullish market.



LEBIH DALAM MENGENAI CLOSING PRICE
Ketika harga telah menembus garis trendline atau neckline. Ada teori yang mengatakan bahwa :
  1. Penutupan harga selama dua hari akan lebih memberikan kepastian perubahan trend
  2. Koreksi harga minimal 3% atau lebih memberikan konfirmasi yang lebih meyakinkan
Sehubungan dengan pola Head & Shouder ini, kita lebih menekankan pada closing price di neckline, mengapa ? Soalnya kalo di bahu kanan sudah pasti lebih dari dua hari mas, mbak....he...he...he...!
Saya pikir, pembelajaran kita mengenai bentuk Head and Shoulder ini sudah mencukupi untuk pembahasan topik berikutnya, yaitu analisa harga emas mendatang. Masa sih kurang dalam proses belajar kita ? Hi...hi...hi....




REVERSAL PATTERN | POLA PERUBAHAN ARAH FOREX DAN SAHAM

Reversal Pattern adalah suatu pola pergerakan harga yang  dapat diprediksi atau memberikan sinyal kuat akan terjadi perubahan arah pasar. Jangan salah menangkap definisi perubahan arah pasar ! Arah pasar ada tiga yaitu naik-turun-dan datar atau bullish-bearish-sideways. Jika saat ini pasar sedang naik (bull) kemudian muncul pola reversal pattern, maka implikasinya arah pasar akan berubah menjadi turun (bear) ATAU datar (sideway). Langsung memprediksi bahwa pasar akan bearish adalah kesalahan yang dilakukan kebanyakan orang ! Padahal ada banyak kriteria untuk menguji keabsahan reversal pattern ini. Mari kita belajar sama-sama !


LIMA MACAM POLA REVERSAL PATTERN
Totalnya ada lima pola major reversal pattern,  tapi pada kenyataannya hanya dua-tiga pola yang sering terlihat di grafik metatrader kita! Kelima pola tersebut adalah :
1. Head and Shoulder
2. Double Top / Double bottom
3. Triple Top / Bottom
4. Saucer
5. Spike

Beberapa saat yang lalu, saya melihat pola Head and Shoulder di grafik harga emas, karena itu saya menulis tentang Belajar Lebih Dalam Tentang Pola Head and Shoulder.

Head and Shoulder dan Double Top adalah Major Reversal Pattern yang sering terlihat di pasar saham atau pasar uang. Sedangkan spike, saucer, dan triple top jarang muncu



Cara menguji keabsahan kelima pola pembalikan arah ini secara umum sama, sehingga tidak perlu saya jelaskan secara mendetail. Cukup dengan mempelajari satu pola saja maka bisa anda terapkan di pattern-pattern lainnya. Aturan, syarat dan keabsahan reversal pattern ini secara khusus dapat anda pelajari di tulisan saya sebelumnya yang berjudul Mengenal lebih dalamm pola head and shoulder. Sekarang mari kita mempelajari syarat-syarat umumnya

ATURAN UMUM MAJOR REVERSAL PATTERN
 
Ada enam aturan dasar dalam teori reversal pattern. Ketika keenam syarat ini terpenuhi, 90 persen arah pasar akan berubah. Sekali lagi, berubah bukan berarti berbalik arah. Jika saat ini market sedang bulllish, tidak berarti pasar akan semerta-merta menjadi bearish. Jangan lupakan kemungkinan sideways atau meneruskan bull market. Ini penting namun seringkali dilupakan oleh trader. Pasar modal dan pasar uang memiliki hukum dan aturannya sendiri. Tidak ada yang bisa menebak dengan tepat arah pasar. Market goes where they want to go !
Enam aturan dasar pola pembalikan arah adalah :
1. Syarat untuk terjadinya reversal pattern adalah adanya sebuah tren.
2. Sinyal pertama akan terjadinya perubahan arah adalah tembusnya garis trendline.
3. Semakin besar polanya, semakin dahsyat pula pergerakan pasarnya.
4. Bull market cenderung cepat dan ganas
5. Bear market cenderung stabil dan lambat.
6. Volume perdagangan lebih penting pada bear market.

Pentingnya sebuah tren. Ketika pasar akan berbalik arah, maka harus ada trend yang terjadi. Jika reversal pattern terjadi tanpa didahului dengan tren, maka pola ini patut dicurigai sebagai sinyal palsu. Pentingnya tren ini untuk memprediksi target minimal yang akan dituju jika pasar benar-benar berbalik arah. Kita hanya bisa memprediksi target minimal karena pasar digerakkan oleh manusia yang tidak bisa diprediksi perilakunya. Kalaupun mencoba untuk menebak target maksimalnya maka kemungkinannya adalah 68,2 persen dari tren sebelumnya.

Tembusnya garis tren. Tanda pertama akan adanya perubahan arah pasar seringkali dimulai dengan tembusnya trendline yang kuat. Tembus berarti closing , bukan nutul atau nyenggol !  The breaking of important trendline biasanya pertanda dimulainya sideways market. Kita sering melupakan bahwa perubahan arah pasar memerlukan waktu ! Jarang sekali pasar berubah arah secara kasar. Selalu ada keadaan yang dinamakan dengan masa konsolidasi, suatu waktu dimana pelaku pasar berhenti, memikirkan strategi selanjutnya dan menebak arah selanjutnya. Apakah tren akan berlanjut ataukah berubah arah. Di sini kubu bear dan kubu bull sedang perang mental dan perang modal. Bertindak gegabah ketika sebuah trendline tembus adalah cari mati ! Ingat, perubahan arah pasar tidak pernah terjadi secara kasar !

Besar kecilnya pola reversal pattern. Apa yang dimaksud dengan besar atau kecilnya sebuah pattern ? Waktu dan tingkat harga ! Bagaimanapun juga gambar di layar komputer anda adalah sebuah grafik yang terdiri dari sumbu X dan Y. Garis horizontal (X) kita definisikan sebagai waktu, sedangkan garis vertikal (Y) kita definisikan sebagai tingkat harga.  Dengan melihat tingkat harga kita memprediksi volatilitas sebuah pasar. Dengan melihat sumbu X kita memperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan pasar membentuk reversal pattern. Jika pasar membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membentuk pola reversal pattern, maka kemungkinan perubahan arah semakin besar.

Perbedaan waktu dan volatilitas Bull dan Bear market.  Bull market cenderung cepat dan ganas daripada bear market. Grafik emas saat ini adalah contohnya. Perubahan harganya gak main-main, bisa sampai 100 point dalam satu hari ! Dow Jones lebih gila lagi,  diatas 300 point ! Bisa bikin kaya (atau kere) mendadak ! Karena itu menangkap bull market jauh lebih sulit dan beresiko tinggi dibandingkan menembak titik terendah bear market. Tapi itulah hukum invesatasi. Semakin besar keuntungannya, semakin besar pula resikonya.
Reversal pattern pada bear market cenderung lebih lama dan stabil. Artinya pergerakan harga sempit, rasanya pasar malas bergerak dan monoton dalam waktu yang lama.

Volume perdagangan lebih penting pada bear market. Maksud saya adalah reversal pattern yang terjadi pada bear market ke arah bull market. Aturan dasar volume perdagangan adalah : Pada umumnya volume akan meningkat seiring dengan tren yang terjadi.

Kadang-kadang volume ini juga dipakai sebagai konfirmasi sebuah pola. Total nilai transaksi (volume) tidak terlalu penting pada bull reversal pattern karena  pasar mempunyai kecenderungan untuk turun/jatuh. Hal ini berhubungan dengan sifat manusia yang membenci kekalahan dan kerugian. Ketika melihat warna merah, reaksi pertamanya adalah panik ! Semakin banyak merahnya akan semakin panik dan irrasional !

Jika tidak ada kenaikan volume dalam bottom reversal pattern, maka kita harus lebih berhati-hati terhadap pola yang terjadi.


 Sumber : http://wapannuri.com/a.ekonomi/reversal-pattern.html

Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan

Kali ini, saya akan membahas analisa laporan keuangan menggunakan rasio keuangan. Lebih dalam lagi, bagaimana menggunakan rasio keuangan tersebut untuk menemukan perusahaan yang bagus. Strategi investasi Value Investing mengembangkan konsep tersebut lebih jauh, bagaimana membeli perusahaan bagus pada harga diskon.

Berikut ini ada kutipan yang teramat bagus dari Warren Buffet tentang Value Investing:

Warren Buffett

Pertanyaannya, bagaimana cara untuk membedakan perusahaan yang “Outstanding” dan “Mediocre” ? Dan bagaimana caranya untuk mengetahui harganya “Sensible” atau tidak? Apakah penurunan harga saham yang terjadi beberapa waktu ini sudah membuat perusahaan Outstanding dijual di harga Sensible atau bahkan Bargain?

Analisa Fundamental dengan laporan keuangan dapat membantu kita menjawab pertanyaan tersebut. Jika anda tertarik, silakan membaca terus blog ini.

Referensi Buku
Ada satu buku yang sangat bagus dalam menjabarkan penerapan value investing secara praktis. Buku tersebut dikarang oleh Phil Town dengan judul #1 Investment Rule. Menurut klaim dari penulis, buku ini merupakan intisari pemilihan saham yang dilakukan oleh veteran value investor seperti Benjamin Graham dan Warrent Buffet.
Buku ini sudah terbit beberapa tahun yang lalu, terakhir kali saya lihat masih dijual di toko buku Kinokuniya di Senayan City. Kalau sudah habis, barangkali bisa anda pesan secara online. Pembahasan yang saya lakukan di blog ini juga salah satunya mengacu pada buku tersebut.
Untuk melakukan strategi value investing secara sederhana menggunakan laporan keuangan, ada 2 langkah yang bisa anda lakukan sebagai berikut

Langkah Pertama : Mengenal Rasio Keuangan dan Outstanding Company

Dalam analisa laporan keuangan, dikenal istilah yang disebut Rasio Keuangan. Dalam interpretasinya, Rasio adalah hasil dari A dibagi B. Penerapan Rasio sangat banyak dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh, misalkan ketika disebut inflasi 8%, hal ini berarti diperoleh dari selisih dari kenaikan harga dibagi harga tahun sebelumnya. Contoh sederhana harga tahun lalu Rp 1000, harga tahun ini Rp 1080 atau terjadi kenaikan sebesar Rp 80, inflasi dihitung dari kenaikan harga Rp 80 dibagi harga tahun sebelumnya Rp 1000 sama dengan 0.08 atau 8%.

Jadi ketika disebut rasio, maka bayangkan saja merupakan perbandingan dari sesuatu. Ada banyak sekali rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan, baik dikemukan secara eksplisit ataupun tidak. Secara umum, rasio keuangan dapat dibagi menjadi:
  1. Rasio Profitabilitas : Return on Asset, Return on Equity, Net Profit Margin, Gross Margin, Earning Per Share – merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan suatu perusahaan
  2. Rasio Management : Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Investory Turnonver, Day Sales Outstanding, Average Collection Period – merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pemanfaatan aset yang ada diperusahaan (efektivitas dan efisiensi)
  3. Rasio Likuiditas : Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio – Merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas suatu perusahaan (seberapa mampu perusahaan melunasi kewajiban jangka pendek)
  4. Rasio Pendanaan (Financing) : Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned – Merupakan rasio yang menunjukkan kondisi pendanaan suatu perusahaan (pemanfaatan hutang)
  5. Rasio Permodalan : Book Value Per Share, Price Earning Ratio – Merupakan rasio yang menunjukkan permodalan suatu perusahaan dan valuasi perusahaan tersebut di pasar modal
Secara khusus, tergantung industrinya, ada pula rasio-rasio yang spesifik seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) untuk perbankan, Risk Based Capital (RBC) untuk asuransi, Rasio Kecukupan Dana (RKD) untuk dana pensiun. Belum lagi rasio-rasio management yang digunakan untuk mengukur industri secara spesifik seperti Churning Rate, Cost per click, Pay per Click, dll.

Beda industri, beda lagi artinya. Kemudian menurut saya lagi, persentase pertumbuhan, atau angka yang menunjukkan perubahan angka dari waktu ke waktu sebenarnya juga bisa digolongkan sebagai rasio. Sebagai contoh, penjualan tahun ini Rp 100 juta, penjualan tahun depan Rp 120 juta, sehingga rasio pertumbuhan penjualan adalah 20%.

Mengidentifikasi Outstanding Company dengan rasio keuangan “Big Five Number” Phil Town

Ada 3 cara untuk melakukan hal ini, cara pertama adalah menjadi karyawan di level manajemen pada perusahaan tersebut sehingga kita mengetahui seluk beluknya. Kedua, adalah menjadi seorang analis dan melakukan analisa mendalam terhadap perusahaan, tidak jarang seorang analis lebih paham perusahaan dibandingkan karyawan perusahaan itu sendiri, terlebih perusahaan tersebut adalah perusahaan besar dengan cakupan bisnis yang teramat luas. Namun kedua cara tersebut tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Nah, cara ketiga adalah cara yang relatif lebih mudah yaitu mengacu kepada buku yang dibuat oleh Phil Town. Dalam buku tersebut, suatu perusahaan dikatakan outstanding apabila memenuhi “Big Five Number” rasio keuangan  sebagai berikut:
  1. Return on Investment Capital (ROIC) di atas 10% dalam 10 tahun. ROIC dalam terjemahan saya adalah Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Total Aset.
  2. Equity Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Equity Growth bisa dihitung dari perkembangan nilai Ekuitas dari tahun ke tahun, atau bisa juga dari perkembangan Book Value Per Share.
  3. Sales Growth di atas 10% dalam 10 tahun.
  4. Earning Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Earning bisa dilihat dari Earning Per Share ataupun Net Income.
  5. Free Cash Flow Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Free Cash Flow didefinisikan sebagai sisa uang kas yang dapat digunakan oleh perusahaan baik untuk pengembangan bisnis ataupun dibagikan sebagai dividen.
  6. Debt. Dalam buku tersebut, besaran hutang tidak dibahas secara spesifik, namun idealnya perusahaan tidak berhutang secara berlebihan.
Penyesuaian Untuk Kondisi Indonesia

Untuk diterapkan di Indonesia, ada beberapa penyesuaian yang menurut saya harus dilakukan sebagai berikut:
  1. Saya pribadi lebih memilih menggunakan Return On Equity (ROE) sebagai indikator karena sebagai investor (equity stock holder) yang penting adalah Return On “Equity” bukan “Asset”.
  2. Untuk perusahaan Indonesia yang potensi pertumbuhannya masih sangat besar, angka yang pantas adalah 15% dan bukannya 10%
  3. Untuk Free Cash Flow, yang merupakan hasil dari Operating Cash Flow ditambah Investing Cash Flow, angkanya tidak selalu positif. Kalaupun angkanya negatif, tidak bisa dikatakan kurang baik karena bisa jadi perusahaan sedang dalam rangka ekspansi besar-besaran.
  4. Untuk data yang dianalisa, terkadang cukup sulit untuk menemukan data 10 tahun ke belakang. Untuk itu, data 5 atau 8 tahun rasa-rasanya sudah cukup.
Contoh : Analisa Astra Internasional dengan data 5 tahun terakhir:

1. Return On Equity Rata-rata dalam 5 tahun terakhir di atas 15% (Data Perusahaan 39.05% – Memenuhi )

Dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Rata-rata Nilai Ekuitas. Rasio ini sebenarnya juga sudah dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan ataupun oleh Bursa Efek Indonesia. Berikut ini adalah cuplikan yang saya ambil dari Bursa Efek Indonesia.
Data Astra Internasional

Berturut-turut, data ROE adalah 46.44%, 41.11%, 42.65%, 33.98%, dan 31.06%. Jika di rata-ratakan berarti 39.05% (Dari total semuanya dibagi 5).

Untuk point no 2 – 4, angka tersebut tidak selalu tercantum dalam laporan keuangan sehingga harus dihitung secara manual. Untuk itu, diperlukan data Ekuitas (atau Book Value Per Share), Penjualan dan Net Income (atau Earning Per Share). Data yang saya peroleh adalah sebagai berikut:


ASII 2003 - 2007
ASII 2008 - 2012

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan, maka metode yang digunakan bukan menggunakan rata-rata seperti perhitungan ROE di atas. Tapi menggunakan metode return geometrik atau tingkat pertumbuhan yang memperhitungkan faktor bunga berbunga. Data yang dibutuhkan juga sebetulnya tidak memerlukan data 5 tahun terakhir, cukup data pada akhir tahun 2007 dan data pada akhir 2012. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Growth = (Nilai Tahun 2012 / Nilai Tahun 2007) ^ (1/5) – 1.

Penggunaan angka 5 karena data 5 tahun terakhir. Sementara ^(1/5) sama dengan artinya Akar Pangkat 5.

2. Equity Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 27.21% – Memenuhi)

Perhitungan Equity Growth menggunakan Jumlah Ekuitas, yaitu sebesar 26.963 milliar pada tahun 2007 dan sebesar 89.814 milliar pada tahun 2012. Dengan rumus di atas, maka angka pertumbuhannya = (89.814 / 26.963) ^(1/5) – 1 = 27.21%.

Selain menggunakan nilai Ekuitas, bisa juga menggunakan nilai Book Value Per Share (terutama apabila anda ragu memasukkan Hak Minoritas atau tidak).

3. Sales Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 21.79% – Memenuhi)
Data Net Revenue 2007 = 70.183, Data Net Revenue 2012 = 188.053. Tingkat pertumbuhannya = (188.053 / 70.183) ^ (1/5) – 1 = 21.79%

4. Earning Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan 28.07% – Memenuhi)

Data Net Income 2007 = 6.519, Data Net Income 2012 = 22.460. Tingkat pertumbuhannya = (22.460 / 6.519) ^ (1/5) – 1 = 28.07%
Apabila anda ragu dengan istilah comprehensive income bisa menggunakan Earning Per Share.

5. Free Cash Flow Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan -157% – Tidak Memenuhi)

Informasi mengenai free cash flow tidak tersedia untuk umum. Namun bisa dihitung. Cara yang paling sederhana untuk menghitung Free Cash Flow adalah dengan Operating Cash Flow + Investing Cash Flow. Selisih dari kedua cashflow tersebut, apabila positif berarti sisanya bebas dipergunakan perusahaan untuk apapun, apakah mau digunakan pembagian dividen atau disimpan. Sementara jika negatif, berarti perusahaan membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal membiayai ekspansi dan operasionalnya. Idealnya memang selalu positif, artinya perusahaan bisa memenuhi seluruh kegiatan ekspansi dari keuntungan operasional.

Namun tidak jarang kegiatan ekspansi membutuhkan investasi besar sehingga dibutuhkan pendanaan dari pihak luar. Dalam konteks ini, angka Free Cash Flow akan negatif.

Cash Flow ASII

Free Cash Flow 2007 = 11.244 + (3.030) =8.214
Free Cash Flow 2012 = 8.932 + (9437) = -505
Angka pertumbuhan =(-505 / 8214)^(1/5) – 1 =-157%

Definisi Outstanding Company

Jika kita mengacu pada rumus Phil Town secara saklek, maka Astra Internasional masih belum dapat digolongkan sebagai Outstanding Company karena tidak memenuhi rasio ke 5. Namun menurut saya, Free Cash Flow sekali lagi, angkanya bisa positif atau negatif tergantung seberapa “Agresif” perusahaan dalam melakukan kegiatan ekspansi. Sebab Ekspansi itu ibaratnya seperti menabung, kita keluar uang sekarang, baru hasilnya dinikmati kemudian. Jadi, buat saya sendiri, sepanjang Operating Cash Flow selalu positif, maka ASII adalah Outstanding Company.

Langkah Kedua : Menghitung Sticker Price dan Margin Of Safety (MOS) Price

Jika perusahaannya sudah Outstanding, langkah berikutnya tentu harga wajarnya berapa. Sebab prinsip dari value investing adalah membeli perusahaan luar biasa di bawah harga wajarnya. Dengan harapan, harga tersebut akan naik mendekati harga wajarnya. Menurut buku Phil Town, perhitungan harga wajar ada beberapa tahapan untuk menentukan Sticker Price dan MOS Price. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Current EPS (EPS saat ini). Pada bagian ROE di atas, diperoleh Laba Per Saham (EPS) adalah Rp 554.79

2. Penentuan tingkat pertumbuhan EPS pada periode yang akan datang. Pada Big Five Number poin 4, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan EPS selama 5 tahun terakhir adalah 28%. Anda bisa menggunakan angka ini sebagai acuan atau menggunakan angka lain apabila anda yakin pertumbuhan laba Astra Internasional bisa lebih tinggi atau rendah dibandingkan angka tersebut.

3. Estimasi Price Earning Ratio di masa mendatang. Cara yang dia gunakan adalah membandingkan angka 20 atau rata-rata Price Earning Ratio saham tersebut selama 5 tahun mana yang lebih rendah untuk dijadikan sebagai estimasi. Angka 20 digunakan karena acuan pertumbuhan minimal yang dia gunakan 10%. Jika kita menggunakan angka 15%, maka menjadi 30. Angka rata-rata Price Earning Ratio selama 5 tahun, bisa diperoleh di website berbayar seperti infovesta.com atau dengan cara perhitungan manual meskipun website berbayar akan memberikan acuan yang lebih presisi. Sebagai contoh PE Ratio ASII selama 5 tahun dari 2007 – 2012 yang bersumber dari infovesta.com adalah sebagai berikut:
PE ASII 2007 - 2012 
Hingga desember 2012, rata-rata PE Ratio ASII adalah 13.7 lebih kecil dibandingkan asumsi 20 teori Phil Town ataupun 30 dalam asumsi saya. Sehingga angka yang digunakan adalah 13.7 kali.

4. Estimasi EPS di masa mendatang. Karena asumsi yang digunakan adalah 5 tahun, maka perkiraan EPS 5 tahun mendatang adalah sebagai berikut
EPS 5 tahun mendatang = EPS Saat ini x (1 + Asumsi kenaikan EPS) ^ 5
EPS 5 tahun mendatang = 554.79 x (1 + 28%) ^ 5 = 1.906

5. Nilai Saham di Masa Mendatang. Dihitung dengan menggunakan perkalian antara EPS 5 tahun mendatang dengan asumsi PE Wajar. (Teori Phil Town menggunakan periode 10 tahun)
Harga 5 tahun mendatang = EPS 5 tahun mendatang x Asumsi PE Wajar
Harga 5 tahun mendatang = 1.906 x 13.7 = 26.112

6. Sticker Price atau Minimum Acceptable Return. Merupakan harga wajar dari suatu saham. Dengan anggapan ketika anda berinvestasi di saham dan mengharapkan return 20%, maka harga 5 tahun mendatang tersebut akan didiskontokan ke harga hari ini. (Teori Phil Town menggunakan 15% dan periode 10 tahun)
Sticker Price = Harga 5 Tahun Mendatang / (1+20%)^5
Sticker Price = 26.112 / (1+20%)^5 = 10.493

7. Margin of Safety (MOS) Price. Merupakan harga yang digunakan oleh Value Investor dalam membeli saham. Jika harga pasar sama atau lebih kecil dibandingkan harga saham Margin of Safety, maka investor akan membeli saham tersebut. Secara sederhana MOS Price adalah Sticker Price dibagi 2 atau 50% dikalikan Sticker Price. Apabila anda merasa yakin dengan perusahaan tersebut, anda bisa menaikkan MOS Price sekitar 70% dari Sticker Price. Atau ketika anda ragu suatu perusahaan Oustanding atau tidak, anda bisa menggunakan acuan MOS Price sebesar 30%. Dengan menggunakan acuan Phil Town, maka harga yang aman untuk masuk adalah
MOS Price = Sticker Price x 50%
MOS Price = 10.493 x 50% = 5.246
Harga saham Astra Internasional Saat ini:
ASII 6 Des 2013
Karena harganya masih di atas MOS Price, maka meskipun perusahaan ini termasuk perusahaan Outstanding, tapi harganya masih belum Sensible. Lain ceritanya kalau anda menggunakan MOS 70%, yaitu sekitar 7000an sehingga harga sekarang sudah cukup untuk mengambil tindakan.

Demikian artikel kali ini, semoga tidak terlalu panjang dan terlalu sulit untuk anda pahami. Dan yang paling penting bisa bermanfaat bagi anda semua.

Sumber : http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/12/06/analisa-fundamental-melalui-laporan-keuangan-3-value-investing/

Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 4

Support - Resisten

Ada beberapa cara untuk menentukan level support dan resisten. Dalam teori Dow level-level HH dan LL juga menjadi level support dan resisten.

- Level Higher High sebagai Support dan Resisten

Pada saat harga koreksi turun (pada up trend) setelah sebelumnya telah membentuk level Higher High (HH) yang baru, maka setelah koreksi selesai, harga akan kembali bergerak naik. Pada saat harga kembali naik dari koreksi inilah akan mengahadapi resisten, dimana resisten tersebut adalah level HH yang baru terbentuk tersebut.

Ketika level HH yang juga berfungsi sebagai resisten di atas dapat ditembus, maka harga akan kembali membetntuk level HH yang baru lagi, setelah itu, secara patron, harga akan kembali koreksi. Ketika koreksi ini, maka level HH yang telah dibreak sebelumnya, akan menjadi level support.

Untuk lebih jelas, perhatikan contoh pada gambar chart di bawah ini.


Untuk Down Tren, prinsipnya sama dengan identifikasi support - resisten pada up trend di atas, bedanya kalau pada up trend yang jadi level support - resisten adalah level HH, maka untuk down trend adalah level LL.

Selain itu, bisa juga menggunakan trend line, channel, area keseimbangan supply - demand dll.

Entry Buy dan Sell

Ada 2 tipe trader dalam pengambilan keputusan entry, agresif dan moderat. Tipe agresif lebih berani mengambil resiko, tetapi dengan besarnya resiko yang dihadapi akan mendapat peluang gain atau peluang reward lebih besar. Sementara tipe moderat biasanya lebih sabar dan sangat berhati-hati, sangat memperhitungkan resiko agar bisa ditekan sekecil mungkin, karena sangat mempertimbangkan resiko, maka peluang untuk mendapat gain atau peluang untuk mendapat reward lebih kecil dibanding tipe agresif.

Gambar ilsutrasi titik entry


Target loss : sekitar 20 pips di bawah support untuk buy posisi pada up trend dan 20 pips di atas resisten untuk sell posisi pada down trend

Target TP : sekitar 20 pips di bawah resisten untuk buy posisi atau 20 pips di atas support untuk sell posisi.

Acuan TP dan SL di atas tidak kaku, bisa pula dengan menggunakan persentase terhadap target TP, atau persentase dari rata-rata pergerakan harga (range pergerakan harga, daily/weekly/monthly). disesuaikan dengan style trading. Sekitar 20 s/d 30 % dari range pergerakan rata-rata monthly utk long term, 20 s/d 30% dari pergerakan rata-rata weekly utk swing dan 20 s/d 30% dari rata-rata pergerakan daily. Sedangkan TP bisa di set dengan 80% dari rata-rata pergerakan monthly, weekly atau daily utk long term, swing dan intraday

Artikel terkait :
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 2
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 3
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 4

Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 3

Analisa Puncak dan Lembah Dalam Trend

Analisa puncak dan lembah (Peak and Through) pada dasarnya digunakan untuk tujuan mengetahui trend dan reversal dari pergerakan harga suatu market. Tren tersebut baik tren naik maupun tren turun.

a. Trend Naik Vs Trend Turun

Tren Naik (Bullish)

Suatu tren dikatakan naik apabila harga selalu mampu melewati puncaknya (peak) atau Higher High dan selalu mampu membentuk puncak (peak) atau Higher High (HH) yang baru dimana puncak (peak) atau Higher High (HH) yang baru tersebut selalu lebih tinggi dari puncak atau Higher High sebelumnya. Kemudian dikuti oleh lembah (through) atau Low yang lebih tinggi dari Low sebelumnya (Higher Low/HL)

Gambar Ilustri trend naik (Bullish).

 Tren Turun (Bearis)

Suatu tren dikatakan turun apabila harga selalu mampu melewati lembahnya (through) atau Lower Low (LL) dan selalu mampu membentuk lembah (through) atau Lower Low (LL) yang baru dimana lembah (through) atau Lower Low (LL) yang baru tersebut selalu lebih rendah dari lembah atau Lower Low sebelumnya. Kemudian dikuti oleh puncak (peak) atau High yang lebih rendah dari High sebelumnya (Low High/LH)

Gambar Ilustri trend naik (Bullish).

b. Awal dan Akhir Tren (Reversal)

Awal dan akhir (reversal) dari tren naik (bullish)

Ketika pada tren turun, harga tidak mampu lagi melewati atau break Lower Low (LL) dan kemudian membentuk Low yang lebih tinggi (LH), kemudian diikuti dengan kemampuan harga melewati (break) Lower High dan kemudian membentuk High yang lebih tinggi (HH), maka yang demikian menunjukkan telah terjadi pembalikan pergerakan harga, dan tren baru telah dimulai dari down menjadi up trend (atau bisa juga sebagai bentuk dari awal terjadinya koreksi)

Lalu setelah harga kemudian bergerak up tren (bullish) kemudian pada suatu titik tertentu kemudian harga tidak lagi mampu break Higher High untuk membentuk Higher High yang lebih tinggi, tetapi justru terbentuk High yang lebih rendah dari High sebelumnya atau terbentu Lower High atau High yang lebih rendah dari High sebelumnya (LH), maka up trend telah berakhir, selanjut akan terjadi pembalikan arah pergerakan harga.

Gambar ilustrasi awal dan akhir tren


Artikel terkait :
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 2
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 3
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 4

Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 2

Trend (Kecenderungan) Pergerakan Harga

a. Phase-Phase Pergerakan Trend

Tren pasar ada 3 fase, yaitu:
• Akumulasi (accumulation) adalah tahapan dimana investor yang “cerdik” atau sudah mempunyai informasi terlebih dahulu, mengadakan pembelian atau penjualan saham secara perlahan – lahan. Pada tahap ini, harga saham cenderung tidak berubah (sideways trend) karena investor tersebut adalah minoritas sehingga kurang bisa menggerakkan pasar.

• Fase ke dua adalah dimana investor yang lain mulai menangkap dan mengetahui tindakan investor pada fase pertama tadi. Akhirnya pasar mengikuti tindakan investor pertama untuk membeli atau melepas saham. Pada tahapan ini, terjadi perubahan harga yang sangat drastis karena hampir semua investor sudah melakukan tindakan yang sama. Fase ini berlanjut hingga para pengikut tren (trend follower) dan spekulan sudah mengontrol pergerakan harga saham.

• Fase ke tiga yaitu dimana investor yang pertama mulai mendistribusikan kepemilikannya ke pasar. Investor mulai menjual atau membeli saham yang dibeli di awal, sebelum pasar melakukan adjustment atau koreksi pada harga. Trend follower yang terlambat melepas sahamnya, biasanya akan menderita loss.

 Demikian pula jika diukur dalam kerangka waktu, tiga tipe tren, masing-masing

  1. Major Trend: Merupakan trend jangka panjang dari pergerakan market, biasanya ditentukan dalam kurun waktu minimal 1 tahun
  2. Medium trend: Merupakan kecenderungan pergerakan harga untuk kerangka waktu jangka menengah biasanya antara 2 minggu sampai 3 bulan dan merupakan gerak koreksi dari major trend (tren utama)
  3. Minor trend: Pergerakan harga dalam kurun waktu pendek, biasanya dalam kurun daily dan sebagai gerak koreksi dari medium tren
 b. Pergerakan Harga Telah Merefleksikan Segalanya (Price Discount Everything)

Menurut Dow, pasar telah mencerminkan semua informasi yang tersedia melalui harga. Harga merupakan akumulasi dari semua hal, ketakutan (fear), harapan (hope) dan ekspektasi dari semua trader. Begitu pula pergerakan tingkat suku bunga, harapan pada pendapatan, proyeksi pendapatan, pemilihan presiden, dan lain-lain semua sudah tergambar pada harga di pasar. Yang belum tergambarkan hanyalah kejadian yang tak terduga, seperti bencana alam, akan tetapi biasanya hal ini akan mempengaruhi tren jangka pendek. Tren utama tidak terpengaruh. Yang paling penting menurut Dow adalah bukan apa yang bisa menyebabkan harga bergerak saat ini tapi reaksi apa yang mungkin terjadi terhadap pergerakan harga saat ini.

Semua informasi yang sudah tercermin dalam pergerakan harga sesuai dengan teori difusi informasi. Difusi informasi diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
 Ilustrasi lain dapat dicontohkan pada saat suatu perusahaan hendak merilis laporan keuangannya, orang-orang yang tahu informasi tentang keadaan perusahan tentu saja orang-orang dalam perusahaan itu sendiri, ketika mengetahui kondisi perusahaan positif, mereka akan memberitahu orang-orang dekatnya untuk membeli saham perusahaan mereka dan harga akan bergerak naik. Kemudian datang orang-orang auditor dan orang-orang pajak, saat mereka tahu kondsi perusahaan tersebut, mereka akan mengambil momentum untuk membeli sahamnya lalu harga akan terus bergerak naik.

Berikunya orang-orang pers mendapatkan informasi tersebut, sebelum jadwal perilisan berita, mereka akan mencoba memanfaatkan informasi yang didapat untuk turut berpartisipasi membeli saham, dan harga semakin naik jauh yang berakibat serta nilai informasi semakin tereduksi.

Ketika berita tersebut dirilis di berbagai media, publik semakin banyak yang tahu, sehingga nilai informasi akan mendekati nol sementara harga masih terus merangkak naik. Dititik ini pembeli pertama mengawali melepas saham yang telah mereka beli untuk memperoleh keuntungan. Akhirnya ketika banyak orang melakukan aksi jual karena harga sudah dianggap tinggi dan profit sudah mereka rasakan cukup, maka harga cenderung akan berbalik turun (reversal) dan nilai informasi sudah benar-benar menjadi nol. (Dikutip dari artikel: The Dow Theory, Speaking The Truth About Technical Analysis, by: Aditya)

Terkadang terjadi anomali di market. Hamilton mencatat bahwa kadang-kadang pasar akan bereaksi negatif terhadap berita baik. Menurut Hamilton, alasannya sederhana: pasar melihat ke depan, pada saat berita akan dirilis. Ini menjelaskan aksioma Wall Street lama, "buy on rumor, sell on news".

c. Keterkaitan Pergerakan Harga Antar Sektor

Saat teori Dow dikembangkan pada pergantian abad 20 itu, rel kereta api memiliki kaitan penting dalam perekonomian sebagai alat transportasi suplai bahan dari pemasok bahan baku ke produsen (industri) dan sekaligus pula sebagai alat transportasi untuk mendistribusikan hasil produksi. Sebelum General Motors dapat meningkatkan produksi, baja lebih dulu perlu diangkut. Oleh karena itu, peningkatan usaha transportasi sebagai pertanda peningkatan kegiatan usaha industri. Dengan demikian ketika terjadi peningkatan laba usaha yang memicu kenaikan harga saham di sektor transportasi, akan diikuti pula oleh peningkatan yang sama pada sektor industri.

Dow dan Hamilton menekankan bahwa pada tren utama sinyal membeli atau menjual menjadi valid, ketika baik Industrial Average dan Transportions (Rail) Avarage saling mengkonfirmasi satu sama lain. Jika salah satunya membuat “new high atau new low”, maka harus segera diikuti yang lain. Yang demikian ini menjadi sinyal yang valid menurut teori Dow.



Hubungan Volume dan Trend

Dow mengatakan, volume merupakan salah satu komponen penting dalam pergerakan di market, pada trend bullish, seharusnya diikuti pula oleh peningktan volume dan demikian pula ketika terjadi koreksi, seharusnya diikuti oleh penurunan volume.

Volume dalam pergerakan market, menunjukkan partisipasi publik (trader) dan sekaligus juga menggambarkan peningkatan kepercayaan market pada suatu saham ketika terjadi kenaikan harga yang diiringi kenaikan volume pada saham tersebut. Manakala pada trend bullish terjadi penurunan volume, mengindikasikan telah terjadi pelemahan pada trend tersebut dan investor telah bersiap untuk take profit yang bisa membuat gerakan koreksi atau bahkan reversal pada waktu berikutnya.

Selain itu, volume menggambarkan pula kekuatan supply dan demand terhadap suatu saham sebagai cermin dari kekuatan minat beli dan minat jual. Trend naik yang masih diikuti oleh volume yang meningkat atau paling tidak diikuti oleh volume yang stabil, menunjukkan bahwa demand atau minat beli terhadap suatu saham masih lebih banyak.

Namun demikian, Dow mengatakan volume tidak digunakan untuk memprediksi arah trend, tapi digunakan untuk mengkonfirmasi pergerakan harga, “Volume must confirm the trends”. Dia juga mengingatkan bahwa tanpa didukung adanya volume pergerakan volume yang searah denga tren pergerakan harga, kita tidak harus mempercayai arah gerakan dari market. Bisa disimpulkan bahwa volume bisa digunakan untuk mengukur apakah tren akan berlanjut atau akan berubah.


Artikel terkait :
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow

Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 2
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 3
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 4

Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow

SEKILAS TENTANG TEORI DOW

Dow Theory atau Teori Dow merupakan teori dasar dari analisa teknikal yang pertama kali dipublikasikan oleh Charles H. Dow (1851-1902) di 255 Wall Street Journal, Dow merupakan seorang wartawan sekaligus editor dari Wall Street Jornal serta pendiri Dow Jones and Company. Penelitian pertama Dow dilakukan dengan membagi saham-saham di Wall Street menjadi 2 kelompok, yaitu Industrial Index dan Trasportation Index. Dia mengatakan bahwa perkembangan industri pabrikasi otomatis akan diikuti pula oleh perkembangan industri transportasi, karena pabrik membutuhkan transportasi untuk mendistribusikan barang-barang hasil produksinya.

Berangkat dari asumsi bahwa jika keuntungan di industri transportasi meningkat maka secara tidak langsung menunjukan juga bahwa produksi dari industri pabrikasi dan permintaan dari konsumen meningkat pula yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan laba masing-masing perusahaan. Secara global hal ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara.

Setelah Dow meninggal dunia ada beberapa orang yang ikut berperan dalam mengembangkan Dow Theory berdasarkan tulisan yang di tulis oleh Dow di Jurnal Wall Street, mereka antara lain adalah, William P. Hamilton, Robert Rhea and E. George Schaefer.

Dasar Teori Dow
1. Pasar memiliki tiga gerakan
2. Tren memiliki tiga tahap
3. Pasar saham telah menyerap (discounted) semua berita
4. Rata-rata pasar saham harus mengkonfirmasi satu sama lain
5. Tren harus dikonfirmasi oleh volume
6. Tren diasumsikan berlaku sampai memberikan sinyal yang pasti

Poin-poin diatas digunakan sebagai dasar dalam ilmu Teknikal analisis. Aturan-aturan tersebut dikemukakan oleh Dow dan kemudian disempurnakan oleh para penerusnya.

PERFORMA TEORI DOW

Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Teknikal Analisis bisa dipakai sebagai salah satu metode untuk membangun portfolio dengan menggunakan market timing. Penelitian sederhana yang dilakukan oleh Norman Fosbeck menunjukkan bahwa “market timing” lebih bagus dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan Buy & Hold. Masalah sederhananya adalah kita harus benar-benar menguasai tekniknya.

Di maanagementfile.com, Arman Boy Manullang menceritakan kisah sukses temannya yang berinvestasi di pasar modal dengan hanya mengandalkan analisa trend dari teori Dow sebagai berikut, "Seorang teman saya semasa kuliah dulu membeli saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada saat harganya terkoreksi ke level Rp 400. Kemudian dia menjual saham BUMI tersebut di harga Rp 3000 pada sekitar bulan September 2009. Satu jenis saham yang dipegang tersebut mengalami kenaikan hingga 650% dalam kurun waktu tidak sampai setahun. Luar biasa bukan? Padahal hanya mengandalkan analisa sederhana dan sedikit keberanian untuk masuk ke saham BUMI saat mengalami tekanan jual yang sangat hebat. Selebihnya, dia hanya sabar menunggu hingga melihat sinyal pembalikan arah terjadi."

Berikut hasil penelitian Norman fosbeck yang dilakukan dari tahun 1964-1984

Lalu penelitian oleh Martin Pring dengan menggunakan metode Dow Theory
- Dengan menginvestasikan $44 pada tahun 1977 dan mengikuti semua signal buy dan sell dari Dow theory, maka pada tahun 1981 menghasilkan keuntungan sebesar $18000
-Sementara jika menginvestasikan $44 dan hold portfolionya, maka pada tahun 1981 hanya menghasilkan keuntungan $960.

KIRTIK TERHADAP DOW THEORY

Teori Dow tidak bebas dari kritik, sebagai sebuah teori ada kelemahan yang menyertai kelebihannya. Kritik terhadap Dow Theory yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa pada setiap pergerakan market yang trending, rata-rata jika menggunakan teknik ini kita telah ketinggalan hampir 20% dari pergerakan market. Memang pada beberapa kasus belakangan ini sudah dikembangkan metode optimasi agar bisa memperkecil ketertinggalan pergerakan itu. Salah satunya dilakukan dengan memperkecil time frame.

Pada pengembangan Dow theory selanjutnya mulai muncul adanya Elliot Wave Theory yang membagi trend menjadi tiga bagian yaitu wave 1,3, dan 5 Elliot Wave mencoba mengeleminir kelemahan-kelemahan dari Dow Theory. Selain itu untuk sukses menggunakan teori ini adalah mengetahui horizon investasi kita sendiri. Jika target kita adalah untuk waktu yang agak panjang, kita bisa melihat tren major yang terjadi pada saham tersebut. Namun jika target kita adalah harian, tren yang harus kita lihat adalah short swing. Tentu dibutuhkan juga konsistensi dan kesabaran menunggu hingga tren tersebut memberikan arahan yang jelas.

Artikel terkait :
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 2
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 3
Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow 4


Sumber : http://indo.mt5.com/showthread.php?3662-%26%239668%3B%26%231769%3B%26%239679%3B%26%231757%3B%26%239679%3B%26%231769%3B%26%239658%3B-Analisa-Teknikal-Klasik-Menggunakan-Teori-Dow

Belajar Analisis Tehnikal Saham Secara Terstruktur

Mengapa belajar terstruktur itu penting?

Masih ingatkah anda mengenai bagaimana cara anda mempelajari ilmu yang bernama ‘Matematika’? Apakah anda belajar mempelajari kalkulus, integral, atau geometri? atau anda memulainya dari yang basic-basic dulu: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian??  Belajar secara terstruktur itu penting karena dengan pembelajaran yang tertruktur, anda bisa memperoleh gambaran yang lengkap mengenai ilmu yang anda pelajari. Pembelajaran yang tidak tertruktur, hanya membuat anda mengetahui ilmu tersebut secara sepotong-sepotong.

Mempelajari analis teknikal secara terstruktur akan membuat kita bisa menikmati gambaran teknikal tersebut secara utuh.  Kita bisa menikmati ilmu teknikal analisis tersebut secara utuh sehingga prediksi yang kita lakukan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Tidak hanya sekedar prediksi yang benar karena marketnya memang sedang naik.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Bagaimanakah struktur pembelajaran dari analisis teknikal itu?
Terus terang, saya adalah seorang yang bodoh.  Terlalu bodoh sehingga saya hanya mau menggunakan struktur pembelajaran analisis teknikal yang digunakan oleh organisasi teknikal dunia, yang berisi pakar-pakar analisis teknikal dunia, dalam mempelajari analisis teknikal.  Saya menggunakan struktur yang didesain oleh para pakar. Tidak membuat sendiri, tidak mengarang sendiri.
—–
Sebagai informasi, saat ini ada dua organisasi analisis teknikal di dunia.  Yang pertama adalah Market Technicial Associsation(MTA) dan International Federation of Technical Analysis(IFTA).  Keduanya adalah organisasi yang saat ini menjadi penyelenggara ujian standar bagi analis teknikal di seluruh dunia.  Mana organisasi yang lebih bagus? Saya juga tidak tahu.  Yang saya lihat: MTA lebih ke Amerika, sedangkan IFTA lebih ke Eropa&Asia/Pacific.
—–
Struktur pembelajaran ini sesuai dengan yang digunakan bagi mereka yang ingin menempuh ujian standar profesi Analis Teknikal.  Kalau versi IFTA, disebut sebagai ujian untuk mendapatkan gelar CFTe (Certified Financial Technical) yang terdiri dari dua level: CFTe level pertama, dan CFTe level kedua.  Disisi lain, kalau versi MTA, ujiannya disebut sebagai ujian untuk mendapatkan gelar CMT (Chartered Market Technicial), yang terdiri dari tiga level: CMT level pertama, CMT level kedua, dan CMT level ketiga.  Anda bila melakukan click atas link-link tersebut untuk mengetahui bagaimana struktur pembelajaran dari badan-badan analisis teknikal dunia tersebut.

Singkatnya, pembelajaran analisis teknikal itu terdiri dari dua level: Level Pemula dan Level Mahir.

Untuk level pemula, pengetahuan analisis teknikal yang harus dikuasai adalah:

  • Definisi dan asumsi dasar analisis teknikal
  • Cara-cara pembuat chart (terutama bar chart, candlestick, line chart)
  • Dow Theory
  • Price Pattern
  • Gap
  • Suport, resisten, dan trend
  • Fibonacci Ratio dalam analisis teknikal (Retracement, Extension, Projection)
  • Candlestick
  • Volume dan Breadth, serta cycle
  • Moving Average dan Momentum Indikator (modern analisis teknikal)
  • Mengenali titik puncak dan titik dasar
  • Pengetahuan dasar (definitif) mengenai Elliot Wave dan Gann
  • Psikologi trading yang basic (sekedar untuk mendapatkan sudut pandang yang benar mengenai pergerakan harga)
Kalau analisis teknikal level mahir:
  • Memperdalam pengetahuan mengenai psikologi pasar
  • Teknik melakukan posisi trading (termasuk didalamnya teknik untuk melakukan stoploss).
  • Melakukan prediksi dan trading dengan menggunakan Elliot wave dan Gann
  • Mempelajari teknik-teknik prediksi maupun psikologi trading dari para trader international yang sudah berhasil (belajar dari sukses story para trader internasional).
  • Mendalami alat-alat analisis teknikal yang sederhana sehingga bisa memperoleh kesimpulan dengan akurat dalam melakukan trading.
  • Menggunakan technical tools dengan cara yang sedikit berbeda sehingga akurasi prediksinya bisa lebih baik.
LHO?? KOK BANYAK SEKALI YANG HARUS DIPELAJARI PAK? NANTI KAN GAK TRADING-TRADING… KASI KITA JALAN SINGKATNYA DONG!!!
Hahaha… ini adalah pertanyaan/pernyataan dasar dari orang-orang yang sering saya jumpai.  ‘Indonesia Orde Baru’ banget gitu loh!!! Maunya pinter, tapi pake jalan singkat, tidak mau belajar.  Maunya kaya/untung, tapi cuman minta disuapi gak mau kerja keras. Nggak mau tahu jalan untuk menjadi sukses atau mencari keuntungan gimana.  Tahu-tahu nanti cuman korupsi… menipu… atau jadi maling.  Aduuuuh..
So… saya cuman bisa berharap.. anda semua mau untuk mempelajari analisis teknikal dengan benar.  Dengan terstruktur.  Lama sih.. dan butuh kerja keras.  Tapi, jika anda berhasil, anda akan bisa melakukan prediksi dan trading dengan benar, baik ketika market sedang naik (bullish), maupun ketika market sedang turun (bearish).

Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih baik dengan terus belajar dan berbuat kebaikan.
Happy trading… Semoga untung!!!

Sumber : http://rencanatrading.com/2010/03/28/mempelajari-analisis-teknikal-dengan-terstruktur/