Spiga

Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan

Kali ini, saya akan membahas analisa laporan keuangan menggunakan rasio keuangan. Lebih dalam lagi, bagaimana menggunakan rasio keuangan tersebut untuk menemukan perusahaan yang bagus. Strategi investasi Value Investing mengembangkan konsep tersebut lebih jauh, bagaimana membeli perusahaan bagus pada harga diskon.

Berikut ini ada kutipan yang teramat bagus dari Warren Buffet tentang Value Investing:

Warren Buffett

Pertanyaannya, bagaimana cara untuk membedakan perusahaan yang “Outstanding” dan “Mediocre” ? Dan bagaimana caranya untuk mengetahui harganya “Sensible” atau tidak? Apakah penurunan harga saham yang terjadi beberapa waktu ini sudah membuat perusahaan Outstanding dijual di harga Sensible atau bahkan Bargain?

Analisa Fundamental dengan laporan keuangan dapat membantu kita menjawab pertanyaan tersebut. Jika anda tertarik, silakan membaca terus blog ini.

Referensi Buku
Ada satu buku yang sangat bagus dalam menjabarkan penerapan value investing secara praktis. Buku tersebut dikarang oleh Phil Town dengan judul #1 Investment Rule. Menurut klaim dari penulis, buku ini merupakan intisari pemilihan saham yang dilakukan oleh veteran value investor seperti Benjamin Graham dan Warrent Buffet.
Buku ini sudah terbit beberapa tahun yang lalu, terakhir kali saya lihat masih dijual di toko buku Kinokuniya di Senayan City. Kalau sudah habis, barangkali bisa anda pesan secara online. Pembahasan yang saya lakukan di blog ini juga salah satunya mengacu pada buku tersebut.
Untuk melakukan strategi value investing secara sederhana menggunakan laporan keuangan, ada 2 langkah yang bisa anda lakukan sebagai berikut

Langkah Pertama : Mengenal Rasio Keuangan dan Outstanding Company

Dalam analisa laporan keuangan, dikenal istilah yang disebut Rasio Keuangan. Dalam interpretasinya, Rasio adalah hasil dari A dibagi B. Penerapan Rasio sangat banyak dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh, misalkan ketika disebut inflasi 8%, hal ini berarti diperoleh dari selisih dari kenaikan harga dibagi harga tahun sebelumnya. Contoh sederhana harga tahun lalu Rp 1000, harga tahun ini Rp 1080 atau terjadi kenaikan sebesar Rp 80, inflasi dihitung dari kenaikan harga Rp 80 dibagi harga tahun sebelumnya Rp 1000 sama dengan 0.08 atau 8%.

Jadi ketika disebut rasio, maka bayangkan saja merupakan perbandingan dari sesuatu. Ada banyak sekali rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan, baik dikemukan secara eksplisit ataupun tidak. Secara umum, rasio keuangan dapat dibagi menjadi:
  1. Rasio Profitabilitas : Return on Asset, Return on Equity, Net Profit Margin, Gross Margin, Earning Per Share – merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan suatu perusahaan
  2. Rasio Management : Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Investory Turnonver, Day Sales Outstanding, Average Collection Period – merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pemanfaatan aset yang ada diperusahaan (efektivitas dan efisiensi)
  3. Rasio Likuiditas : Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio – Merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas suatu perusahaan (seberapa mampu perusahaan melunasi kewajiban jangka pendek)
  4. Rasio Pendanaan (Financing) : Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned – Merupakan rasio yang menunjukkan kondisi pendanaan suatu perusahaan (pemanfaatan hutang)
  5. Rasio Permodalan : Book Value Per Share, Price Earning Ratio – Merupakan rasio yang menunjukkan permodalan suatu perusahaan dan valuasi perusahaan tersebut di pasar modal
Secara khusus, tergantung industrinya, ada pula rasio-rasio yang spesifik seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) untuk perbankan, Risk Based Capital (RBC) untuk asuransi, Rasio Kecukupan Dana (RKD) untuk dana pensiun. Belum lagi rasio-rasio management yang digunakan untuk mengukur industri secara spesifik seperti Churning Rate, Cost per click, Pay per Click, dll.

Beda industri, beda lagi artinya. Kemudian menurut saya lagi, persentase pertumbuhan, atau angka yang menunjukkan perubahan angka dari waktu ke waktu sebenarnya juga bisa digolongkan sebagai rasio. Sebagai contoh, penjualan tahun ini Rp 100 juta, penjualan tahun depan Rp 120 juta, sehingga rasio pertumbuhan penjualan adalah 20%.

Mengidentifikasi Outstanding Company dengan rasio keuangan “Big Five Number” Phil Town

Ada 3 cara untuk melakukan hal ini, cara pertama adalah menjadi karyawan di level manajemen pada perusahaan tersebut sehingga kita mengetahui seluk beluknya. Kedua, adalah menjadi seorang analis dan melakukan analisa mendalam terhadap perusahaan, tidak jarang seorang analis lebih paham perusahaan dibandingkan karyawan perusahaan itu sendiri, terlebih perusahaan tersebut adalah perusahaan besar dengan cakupan bisnis yang teramat luas. Namun kedua cara tersebut tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Nah, cara ketiga adalah cara yang relatif lebih mudah yaitu mengacu kepada buku yang dibuat oleh Phil Town. Dalam buku tersebut, suatu perusahaan dikatakan outstanding apabila memenuhi “Big Five Number” rasio keuangan  sebagai berikut:
  1. Return on Investment Capital (ROIC) di atas 10% dalam 10 tahun. ROIC dalam terjemahan saya adalah Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Total Aset.
  2. Equity Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Equity Growth bisa dihitung dari perkembangan nilai Ekuitas dari tahun ke tahun, atau bisa juga dari perkembangan Book Value Per Share.
  3. Sales Growth di atas 10% dalam 10 tahun.
  4. Earning Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Earning bisa dilihat dari Earning Per Share ataupun Net Income.
  5. Free Cash Flow Growth di atas 10% dalam 10 tahun. Free Cash Flow didefinisikan sebagai sisa uang kas yang dapat digunakan oleh perusahaan baik untuk pengembangan bisnis ataupun dibagikan sebagai dividen.
  6. Debt. Dalam buku tersebut, besaran hutang tidak dibahas secara spesifik, namun idealnya perusahaan tidak berhutang secara berlebihan.
Penyesuaian Untuk Kondisi Indonesia

Untuk diterapkan di Indonesia, ada beberapa penyesuaian yang menurut saya harus dilakukan sebagai berikut:
  1. Saya pribadi lebih memilih menggunakan Return On Equity (ROE) sebagai indikator karena sebagai investor (equity stock holder) yang penting adalah Return On “Equity” bukan “Asset”.
  2. Untuk perusahaan Indonesia yang potensi pertumbuhannya masih sangat besar, angka yang pantas adalah 15% dan bukannya 10%
  3. Untuk Free Cash Flow, yang merupakan hasil dari Operating Cash Flow ditambah Investing Cash Flow, angkanya tidak selalu positif. Kalaupun angkanya negatif, tidak bisa dikatakan kurang baik karena bisa jadi perusahaan sedang dalam rangka ekspansi besar-besaran.
  4. Untuk data yang dianalisa, terkadang cukup sulit untuk menemukan data 10 tahun ke belakang. Untuk itu, data 5 atau 8 tahun rasa-rasanya sudah cukup.
Contoh : Analisa Astra Internasional dengan data 5 tahun terakhir:

1. Return On Equity Rata-rata dalam 5 tahun terakhir di atas 15% (Data Perusahaan 39.05% – Memenuhi )

Dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan Rata-rata Nilai Ekuitas. Rasio ini sebenarnya juga sudah dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan ataupun oleh Bursa Efek Indonesia. Berikut ini adalah cuplikan yang saya ambil dari Bursa Efek Indonesia.
Data Astra Internasional

Berturut-turut, data ROE adalah 46.44%, 41.11%, 42.65%, 33.98%, dan 31.06%. Jika di rata-ratakan berarti 39.05% (Dari total semuanya dibagi 5).

Untuk point no 2 – 4, angka tersebut tidak selalu tercantum dalam laporan keuangan sehingga harus dihitung secara manual. Untuk itu, diperlukan data Ekuitas (atau Book Value Per Share), Penjualan dan Net Income (atau Earning Per Share). Data yang saya peroleh adalah sebagai berikut:


ASII 2003 - 2007
ASII 2008 - 2012

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan, maka metode yang digunakan bukan menggunakan rata-rata seperti perhitungan ROE di atas. Tapi menggunakan metode return geometrik atau tingkat pertumbuhan yang memperhitungkan faktor bunga berbunga. Data yang dibutuhkan juga sebetulnya tidak memerlukan data 5 tahun terakhir, cukup data pada akhir tahun 2007 dan data pada akhir 2012. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Growth = (Nilai Tahun 2012 / Nilai Tahun 2007) ^ (1/5) – 1.

Penggunaan angka 5 karena data 5 tahun terakhir. Sementara ^(1/5) sama dengan artinya Akar Pangkat 5.

2. Equity Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 27.21% – Memenuhi)

Perhitungan Equity Growth menggunakan Jumlah Ekuitas, yaitu sebesar 26.963 milliar pada tahun 2007 dan sebesar 89.814 milliar pada tahun 2012. Dengan rumus di atas, maka angka pertumbuhannya = (89.814 / 26.963) ^(1/5) – 1 = 27.21%.

Selain menggunakan nilai Ekuitas, bisa juga menggunakan nilai Book Value Per Share (terutama apabila anda ragu memasukkan Hak Minoritas atau tidak).

3. Sales Growth di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 21.79% – Memenuhi)
Data Net Revenue 2007 = 70.183, Data Net Revenue 2012 = 188.053. Tingkat pertumbuhannya = (188.053 / 70.183) ^ (1/5) – 1 = 21.79%

4. Earning Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan 28.07% – Memenuhi)

Data Net Income 2007 = 6.519, Data Net Income 2012 = 22.460. Tingkat pertumbuhannya = (22.460 / 6.519) ^ (1/5) – 1 = 28.07%
Apabila anda ragu dengan istilah comprehensive income bisa menggunakan Earning Per Share.

5. Free Cash Flow Growth di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan -157% – Tidak Memenuhi)

Informasi mengenai free cash flow tidak tersedia untuk umum. Namun bisa dihitung. Cara yang paling sederhana untuk menghitung Free Cash Flow adalah dengan Operating Cash Flow + Investing Cash Flow. Selisih dari kedua cashflow tersebut, apabila positif berarti sisanya bebas dipergunakan perusahaan untuk apapun, apakah mau digunakan pembagian dividen atau disimpan. Sementara jika negatif, berarti perusahaan membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal membiayai ekspansi dan operasionalnya. Idealnya memang selalu positif, artinya perusahaan bisa memenuhi seluruh kegiatan ekspansi dari keuntungan operasional.

Namun tidak jarang kegiatan ekspansi membutuhkan investasi besar sehingga dibutuhkan pendanaan dari pihak luar. Dalam konteks ini, angka Free Cash Flow akan negatif.

Cash Flow ASII

Free Cash Flow 2007 = 11.244 + (3.030) =8.214
Free Cash Flow 2012 = 8.932 + (9437) = -505
Angka pertumbuhan =(-505 / 8214)^(1/5) – 1 =-157%

Definisi Outstanding Company

Jika kita mengacu pada rumus Phil Town secara saklek, maka Astra Internasional masih belum dapat digolongkan sebagai Outstanding Company karena tidak memenuhi rasio ke 5. Namun menurut saya, Free Cash Flow sekali lagi, angkanya bisa positif atau negatif tergantung seberapa “Agresif” perusahaan dalam melakukan kegiatan ekspansi. Sebab Ekspansi itu ibaratnya seperti menabung, kita keluar uang sekarang, baru hasilnya dinikmati kemudian. Jadi, buat saya sendiri, sepanjang Operating Cash Flow selalu positif, maka ASII adalah Outstanding Company.

Langkah Kedua : Menghitung Sticker Price dan Margin Of Safety (MOS) Price

Jika perusahaannya sudah Outstanding, langkah berikutnya tentu harga wajarnya berapa. Sebab prinsip dari value investing adalah membeli perusahaan luar biasa di bawah harga wajarnya. Dengan harapan, harga tersebut akan naik mendekati harga wajarnya. Menurut buku Phil Town, perhitungan harga wajar ada beberapa tahapan untuk menentukan Sticker Price dan MOS Price. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Current EPS (EPS saat ini). Pada bagian ROE di atas, diperoleh Laba Per Saham (EPS) adalah Rp 554.79

2. Penentuan tingkat pertumbuhan EPS pada periode yang akan datang. Pada Big Five Number poin 4, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan EPS selama 5 tahun terakhir adalah 28%. Anda bisa menggunakan angka ini sebagai acuan atau menggunakan angka lain apabila anda yakin pertumbuhan laba Astra Internasional bisa lebih tinggi atau rendah dibandingkan angka tersebut.

3. Estimasi Price Earning Ratio di masa mendatang. Cara yang dia gunakan adalah membandingkan angka 20 atau rata-rata Price Earning Ratio saham tersebut selama 5 tahun mana yang lebih rendah untuk dijadikan sebagai estimasi. Angka 20 digunakan karena acuan pertumbuhan minimal yang dia gunakan 10%. Jika kita menggunakan angka 15%, maka menjadi 30. Angka rata-rata Price Earning Ratio selama 5 tahun, bisa diperoleh di website berbayar seperti infovesta.com atau dengan cara perhitungan manual meskipun website berbayar akan memberikan acuan yang lebih presisi. Sebagai contoh PE Ratio ASII selama 5 tahun dari 2007 – 2012 yang bersumber dari infovesta.com adalah sebagai berikut:
PE ASII 2007 - 2012 
Hingga desember 2012, rata-rata PE Ratio ASII adalah 13.7 lebih kecil dibandingkan asumsi 20 teori Phil Town ataupun 30 dalam asumsi saya. Sehingga angka yang digunakan adalah 13.7 kali.

4. Estimasi EPS di masa mendatang. Karena asumsi yang digunakan adalah 5 tahun, maka perkiraan EPS 5 tahun mendatang adalah sebagai berikut
EPS 5 tahun mendatang = EPS Saat ini x (1 + Asumsi kenaikan EPS) ^ 5
EPS 5 tahun mendatang = 554.79 x (1 + 28%) ^ 5 = 1.906

5. Nilai Saham di Masa Mendatang. Dihitung dengan menggunakan perkalian antara EPS 5 tahun mendatang dengan asumsi PE Wajar. (Teori Phil Town menggunakan periode 10 tahun)
Harga 5 tahun mendatang = EPS 5 tahun mendatang x Asumsi PE Wajar
Harga 5 tahun mendatang = 1.906 x 13.7 = 26.112

6. Sticker Price atau Minimum Acceptable Return. Merupakan harga wajar dari suatu saham. Dengan anggapan ketika anda berinvestasi di saham dan mengharapkan return 20%, maka harga 5 tahun mendatang tersebut akan didiskontokan ke harga hari ini. (Teori Phil Town menggunakan 15% dan periode 10 tahun)
Sticker Price = Harga 5 Tahun Mendatang / (1+20%)^5
Sticker Price = 26.112 / (1+20%)^5 = 10.493

7. Margin of Safety (MOS) Price. Merupakan harga yang digunakan oleh Value Investor dalam membeli saham. Jika harga pasar sama atau lebih kecil dibandingkan harga saham Margin of Safety, maka investor akan membeli saham tersebut. Secara sederhana MOS Price adalah Sticker Price dibagi 2 atau 50% dikalikan Sticker Price. Apabila anda merasa yakin dengan perusahaan tersebut, anda bisa menaikkan MOS Price sekitar 70% dari Sticker Price. Atau ketika anda ragu suatu perusahaan Oustanding atau tidak, anda bisa menggunakan acuan MOS Price sebesar 30%. Dengan menggunakan acuan Phil Town, maka harga yang aman untuk masuk adalah
MOS Price = Sticker Price x 50%
MOS Price = 10.493 x 50% = 5.246
Harga saham Astra Internasional Saat ini:
ASII 6 Des 2013
Karena harganya masih di atas MOS Price, maka meskipun perusahaan ini termasuk perusahaan Outstanding, tapi harganya masih belum Sensible. Lain ceritanya kalau anda menggunakan MOS 70%, yaitu sekitar 7000an sehingga harga sekarang sudah cukup untuk mengambil tindakan.

Demikian artikel kali ini, semoga tidak terlalu panjang dan terlalu sulit untuk anda pahami. Dan yang paling penting bisa bermanfaat bagi anda semua.

Sumber : http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/12/06/analisa-fundamental-melalui-laporan-keuangan-3-value-investing/

0 komentar: